Kamis, 30 Juni 2011

Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendapatan Nasional disebut juga pendapatan masyarakat, pada umumnya dipergunakan sebagai tolak ukur keberhasilan, kemakmuran dan kemajuan perekonomian suatu masyarakat. Namun ukuran tersebut bukan merupakan satu-satunya alat ukur, melainkan pula digunakan tolak ukur lain, seperti tingkat kesempatan kerja, lapangan kerja, tingkat harga, volume penjualan, dan sebagainya.
Selain itu pendapatan (uang) disebut juga dengan “income” yaitu imbalan yang diterima oleh seluruh rumah tangga pada lapisan masyarakat dalam suatu negara / daerah, dari penyerahan faktor-faktor produksi atau setelah melakukan kegiatan perekonomian. Pendapatan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan sisanya merupakan tabungan (saving) untuk memenuhi hari depan.
Sementara itu yang dimaksud dengan pendapatan nelayan adalah hasil yang diterima oleh seluruh rumah tangga nelayan setelah melakukan kegiatan penangkapan ikan pada waktu tertentu. Namun hasil tangkap ikan yang diperoleh belum bisa dikatakan sebagai pendapatan, jika belum terjadi transaksi jual beli. Transaksi yang dimaksud yaitu transaksi jual beli antara nelayan (produsen) dengan pembeli (konsumen) dan transaksi antara nelayan (produsen) dengan bandar ikan (distributor)
Pendapatan yang diterima oleh masyarakat nelayan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan konsumen dalam setiap rumah tangga mereka, misalnya membeli perlengkapan rumah tangga, membayar listrik bulanan, membayar bunga atas pinjaman atau utang lainnya, membeli sarana dan prasarana penangkapan ikan, biaya untuk melaut (seperti bensin bagi yang punya mesin, es, rokok, dll), dan bahkan digunakan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.
Akan tetapi pendapatan yang diperoleh para nelayan tidak seluruhnya berasal dari hasil penangkapan ikan saja, melainkan dapat diperoleh dari hasil kegiatan ekonomi lainnya sebagai pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu luang. Selain itu peran istri dan anak juga dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan untuk meningkatkan jumlah pendapatan serta campur tangan pemerintah juga sangat penting dalam mengatasi masalah peningkatan pendapatan nelayan, misalnya menciptakan program kerja nelayan dan sekaligus memberikan bantuan kepada nelayan berupa perahu, mesin dan rakit.
Pada saat musim kemarau ketika temperatus panas air laut cukup tinggi, ikan sulit diperoleh karena nelayan tidak melakukan penangkapan ikan maka mengakibatkan tingkat penghasilan nelayan menurun. Apabila diperairan pantai pesisir sedang tidak musim ikan atau tidak ada penghasilan yang baik, nelayan akan melakukan andun (migrasi musiman) ke darat yang dapat memberikan penghasilan. Lama masa andun nelayan pesisir tersebut sangat bergantung pada tingkat penghasilan yang ada, artinya, jika tingkat penghasilan yang diperoleh dalam dua-tiga hari melaut dari masa-masa akhir mereka andun sudah dianggap sedikit berarti mereka harus menyudahi masa andunnya (Kusnadi, 1997)
Pada dasarnya pendapatan dapat menopang keberhasilan, kemakmuran, dan kemajuan perekonomian suatu masyarakat di setiap daerah / negara. Oleh karena itu kondisi ekonomi masyarakat dipengaruhi pula oleh besarnya pendapatan. Semakin besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga atau masyarakat, perekonomiannya akan meningkat, sebaliknya bila pendapatan masyarakat rendah, maka akibatnya perekonomian rumah tangga dalam masyarakat tidak mengalami peningkatan.
Fenomena yang terjadi pada masyarakat pesisir pantai (nelayan) di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango adalah kondisi kehidupan perekonomian masyarakatnya selalu tidak pasti, selain dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, kadang pula tidak, karena pendapatan yang mereka terima tidak seimbang dengan kebutuhan sehari-hari, sebab pendapatan nelayan sangat bergantung pada situasi dan kondisi alam. Kondisi alam yang tidak menentu, keberadaan ikan tidak menetap karena selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, arus laut tidak stabil, adanya angin (baik angin timur, barat, barat laut dan barat daya) yang dapat menimbulkan ombak besar, fasilitas alat tangkap tidak memadai, harga BBM dan harga barang tinggi, serta adanya kerusakan mesin dan perahu bocor sehingga menyebabkan pendapatan para nelayan menurun. Akibatnya pendapatan masyarakat minim dan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, tidak dapat membayar pajak penghasilan, keinginan mereka untuk memperoleh sesuatu tidak tercapai, dan bahkan pembayaran iuran pendidikan anak mereka sering tidak tepat waktu.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul skripsi “Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango”

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 kebutuhan rumah tangga belum terpenuhi dengan baik
1.2.2 Minimnya sarana dan prasarana penangkapan ikan
1.2.3 Minimnya pendapatan (uang) yang dihasilkan oleh para nelayan
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah yang perlu dirumuskan adalah.
1.3.1 Apakah telah terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan nelayan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango.
1.3.2 Apakah terdapat besar konstribusi yang signifikan pendapatan nelayan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Untuk mengatahui pengaruh signifikan pendapatn nelayan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango.
1.4.2 Untuk mengetahui besar kontribusi pengaruh pendapatan nelayan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango.
1.5 Manfaat Penilitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penilitian adalah sebagai berikut
1.5.1 Manfaat praktis
Untuk menambah pengatahuan dan wawasan penulis tentang upaya pendapatan nelayan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango.
1.5.2 Manfaat teoritis
1. Hasilnya diharapkan dalam manajemen dalam ilmu pengatahuan terutama dibidang pendapatan dan peningkatan ekonomi masyarakat
2. dapat digunakan oleh aparat desa Tihu dalam pengembangan desanya dan para peneliti di desa yang bersangkutan untuk masa-masa berikutnya
1.6 Hipotesis
1.6.1 Bahwa terdapat pengaruh signifikan pendapatan nelayan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango
1.6.2 Bahwa terdapat besaran kontribusi pendapatan nelayan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Tihu Kec. Bonepantai Kab. Bone Bolango.
1.7 Sistematika Penulisan
Bab I, Pendahuluan, menguraikan tentang : latar belakang masalah, indentifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis.
Bab II, Kajian teori, bagian isi : pendapatan, sumber pendapatan, pendpatan ditinjau dari sudut pandang produksi dan penerimaan, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, nelayan dan penggolongannya, ketidak berdayaan teknologi dan ekonomi nelayan, adaptasi ekonomi masyarakat nelayan, usaha peningkatan ekonomi dalam rumah tangga keluarga, upaya peningkatan ekonomi dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya dalam pembangunan masyarakat

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pendapatan
Pendapatan diartikan sebagai penghasilan yang diterima indovidu melalui kegiatan ekonomi dalam bentuk upah atau uang yang memiliki nilai selama suatu periode.
Menurut Lamb- Carles W dalam pembahasannya (2001:268) mengemukakan bahwa pendapatan adalah harga yang dibebankan kepada para pelanggan dikalikan dengan unit terjual.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1977:268) mengemukakan bahwa pendapatan adalah yang diterima oleh masyarakat dari seluruh kegiatan usaha disuatu wilayah selama waktu tertentu, biasanya disebut pendataan masyarakat.
Ikatan Akuntansi Indonesia (1985:17) dikemukakan bahwa pendapatan adalah peningkaan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha, yang timbul dari penyerahan barang dagang / jasa atau aktivitas usaha lainnya didalam suatu periode.
Dari ketiga pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa dalam memenuhi kehidupan sehari-hari diperlukannya usaha dalam kegiatan ekonomi yang dapat memperoleh penghasilan atau pendapatan. Pendapatan merupakan hasil yang diterima oleh setiap orang melalui kegiatan ekonomi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Pendapatan yang diperoleh dengan menghasilkan barang dan jasa, seperti para nelayan bisa memiliki nilai dan dapat diukur dengan hasil yang memadai sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tinggi rendahnya pendapatan tergantung dari harga jual suatu barang serta faktor-faktor penunjang lainnya yang dapat mempengaruhi suatu kegiatan usaha yang dihasilkan oleh para nelayan melalui hasil tangkapan dan penjualan ikan.
Rumah tangga menawarkan faktor-faktor produksi kepada perusahaan untuk memperoleh berbagai pendapatan akan menggunakan dan membelanjakan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti berikut :
1. Membayar pajak pendapatan individu kepada pemerintah dan pengeluaran
2. Pendapatan disposebel yang diterima rumah tangga terutama akan digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang diproduksikan didalam negeri. Pengeluaran ini akan digolongkan sebagai pengeluaran konsumsi keatas barang-barang dalam negeri atau secara ringkas : C
3. Mengimpor barang-barang yang diproduksikan dinegara-negara lain
4. Menabung seperti Bank Perdagangan, Bank Tabungan dan Institusi penabungan lainnya.
Pendapatan masyarakat lain tidak tergolong pendapatan nasional tetapi termasuk didalam pendapatan pribadi adalah pendapatan yang berupa bunga keatas utang negara dan bunga keatas pinjaman untuk konsumsi. Pendapatan pribadi meliputi semua pendapatan masyarakat, tanpa menghiraukan apakah pendapatan itu diperoleh dari menyediakan faktor-faktor produksi atau tidak, maka wajiblah kedua jenis bunga di atas di masukkan kedalam pendapatan pribadi.
Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para penerima pendapatan, nilai yang tersisa dinamakan Pendapatan Disposebel. Dengan demikian pada hakikatnya Pendapatan disposebel adalah pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang mereka ingini. Tetapi tidak semua pendapatan disposebel itu digunakan untuk tujuan konsumsi, sebagian darinya ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk membayar bunga untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli barang-barang secara mencicil, seperti telah diterangkan diatas, pembayaran bunga oleh konsumen keatas pinjaman untuk membeli yang dilakukan oleh konsumen itu bukan digunakan untuk menciptakan pendapatan nasional.
2.2 Sumber Pendapatan
Pendapatan atau “income” dari seorang masyarakat adalah hasil “penjualannya” dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Dan sektor produksi ini “membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan
Secara singkat, “income” dari seorang warga masyarakat ditentukan oleh :
a. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil tabungannya ditahun-tahun yang lalu, atau warisan / pemberian
b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi. Faktor-faktor yang lain yaitu pola pemikiran faktor-faktor produksi yang ada, merupakan faktor penentu distribusi pendapatan yang sangat penting. Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda :
a) Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung dalam tanah, mineral air dan sebagainya) mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. (kata Mark Twain : tanamkanlah uangmu pada tanah karena Tuhan telah berhenti menciptakan tanah). Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu kewaktu, karena naiknya harga barang-barang pertanian, naiknya harga barang-barang lainnya (mineral,barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu kewaktu.
b) Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu kewaktu warga masyarakat menyisihkan sebagain dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru, membeli mesin-mesin, membangun jalan-jalan dan sebagainya (yaitu investasi). Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu kewaktu bisa bertambah. Sedangkan permintaan akan barang modal terutama sekali dipengaruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin-mesin tenun, mesin jahit dan mesin-mesin pembuat kancing baju juga akan naik.
c) Tenaga kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk, sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi. Di samping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pul aoleh kemajuan teknologi yang justru mengurangi permintaan akan tenaga kerja, misalnya otomatis dipabrik-pabrik menaikkan output dan menambah mesin-mesin, tetapi mengurangi penggunaan tenaga kerja.
d) Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa, misalnya : faktor-faktor sosiologi kepercayaan, faktor-faktor motivasi-motivai lain dan sebagainya). Pada umumnya untuk negara-negara sedang berkembang, penawaran atau tersedianya orang-orang yang berjiwa “entreprenuer” masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha-pengusaha yang sukses juga cukup besar dinegara-negara tersebut.
2.3 Pendapatan Dintaju Dari Sudut Pandang Produksi dan Penerimaan
1. Pendapatan dari sudut pandang produksi, alcim disebut nasional yaitu jumlah harag pasar (nilai) barang/jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu, dan biasanya satu tahun. Jadi dalam hal ini pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari hasil kali jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam kurun waktu satu tahun dengan harga pasar masing-masing.
Golongan masyarakat yang menghasilkan barang dan jasa ini lazim disebut rumah tangga produksi atau perusahaan. Mereka adalah pihak yang mengelolah usaha dengan cara mengatur kombinasi pembangunan berbagai faktor produksi yang tepat untuk menghasilkan barang dan jasa. Produk ini selanjutnya ditawarkan kepada rumah tangga konsumsi.
2. Pendapatan ditinjau dari sudut pandang penerimaan adalah jumlah dari semua penerimaan segenap golongan masyarakat yang ikut dalam proses produksi barang dan jasa selama kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Golongan masyarakat yang ikut dalam proses produksi adalah para pemilik faktor sumber produksi, yang terdiri atas : pemilik alam, pekerja, pemilik modal dan pemilik skill (pengusaha). Mereka memperoleh balas jasa yang berupa sewa (rent) untuk alam, upah (wage) untuk renaga kerja, bunga (interest) untuk modal laba (profits) untuk pengusaha. Dengan demikian pendapatan masyarakat yang ditinjau dari sudut pandang penerimaan adalah penjumlahan dari sewa, upah, bunga dan laba.
2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pendapatan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah sebagai berikut:
1. Individu dalam keluarga yang tidak bekerja (un employed)
Pendapatan (uang) yang diterima oleh sesorang atau sekelompok orang adalah hasil yang di dapat dari kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi akan terlaksana dan berjalan baik apabila ada kesadaran dari individu untuk bekerja.
Pada hakekatnya, kemungkinan besar minimnya pendapatan yang diterima sesorang disebabkan oleh adanya individu dalam keluarga tidak bekerja, sehingga dapat mengakibatkan perekonomian dalam keluarga tersebut tidak mengalami peningkatan.
2. Individu melakukan pekerjaan, tapi hasilnya pas pasan (tidak ada kelebihan)
Biasanya semua individu dalam keluarga ikut terlibat sepenuhnya dalam bekerja, namun hasil yang diterima hanya pas-pasan. Mungkin pekerjaan yang dilakukan hanya bisa menghasilkan input yang terbatas, sehingga menyebabkan pendapatan yang diterima hanya pas-pasan pula atau pendapatan yang diperoleh habis dikonsumsi dalam sehari.
3. Modal
Modal merupakan kekayaan yang bisa menunjang kegiatan usaha. Menurut J. Frend Wetson (1989:117) mengemukakan bahwa modal adalah kekayaan perusahaan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Selanjutnya Ikatan Akuntansi Indonesia (1985:45) mengemukakan bahwa modal merupakan bagian hak pemilik dari perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Sedangkan dalam pembahasan yang sama menurut Winardi (1997:37) mengemukakan bahwa modal adaah setiap benda memenuhi suatu fungsi yang produktif.
Dari pengertian diatas bahwa modal dalam kegiatan usaha sangat penting dalam menunjang kelangsungan kegiatan operasi perusahaan. Menurut Kaharu dalam pembahasannya mengemukakan bahwa modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya dibedakan atas modal sendiri dan modal asing.
4. Harga
Selanjutnya untuk dapat merningkatkan pendapatan para nelayan yang diperoleh dari penjualan ikan adalah sangat bijak bila dilihat kembali pengertian harga sebagai tolak ukur dapat memahami makna yang dimaksud.
Menurut M. Fuad dan Cristian H (2001:129) mengemukakan bahwa harga adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa.
Menurut Lamb Carles W (2001:268) mengemukakan bahwa harga adalah suatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa.
Menurut Winardi (1977:113) mengemukakan bahwa harga relatif sesuatu benda adalah nilai tukar benda tersebut yang dinyatakan dengan uang. Suatu tingkat kemampuan suatu barang untuk di tukar barang lain, sesuatu barang mempunyai harga karena barang-barang itu berguna (mempunyai kegunaan) dan langka artinya jumlah barang yang tersedia kurang dengan jumlah barang yang diperlukan.
5. Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan sasaran proram yang penting dan merupakan dasar yang banyak digunakan untuk menilai prestasi penjualan, wilayah penjualan dan program. Tetapi dalam kebanyakan hal volume penjualan tidak akan cukup sebagai suatu sasaran program karena beberapa faktor yaitu :
1) Program penjualan dan distribusi memerlukan biaya dan usaha yang dirancang untuk meningkatkan penjualan mungkin tidak sesuai dengan sasaran produk mengenai peningkatan laba
2) Hasil penjualan sering ditentukan oleh tindakan-tindakan para pesaing, kekuatan lingkungan, atau program pemasaran lain yang berada di luar kendali.
3) Peran pokok dari suatu program pemasaran adalah melaksanakan strategi pemasaran
4) Sasaran penjualan tidak memberikan pedoman kepada pengusaha mengenai bagaimana meningkatkan atau mempertahankan volume penjualan
6. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan manajerial perorangan atau kelompok untuk memperoleh yang mereka butuhkan dan diinginkan melalui pembuatan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain (Kotler, 1996:3). Masalah pemasaran adalah dalam mengelola produksi sebagaimana telah dikemukakan bahwa produksi pada hakekatnya adalah refleksi dan konsumsi, sebab produksi tersebut dimaksudkan untuk dijual ke pasar atau ke konsumen
2.5 Nelayan dan Penggolongannya
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan maupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003)
Dilihat dari segi pemilikan alta tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan jurangan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap miliki orang lain. Sebaliknya nelayan jurangan adalah yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.
2.6 Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan
Dapat dipahami, jika ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan itu sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan selain kondisi sumber daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu mudah berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, juga untuk menangkapnya nelayan perlu sarana bantu untuk dapat bertahan lama hidup di atas air.
Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi penangkapan. Dengan alat tangkap yang sederhana, wilayah operasi pun menjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai. Di samping itu, kergantungan terhadap musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nelayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak, yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Akibatnya, selain hasil tangkapan menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan karena secara riil rata-rata pendapatan per bulan menjadi lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim ikan akan habis dikonsumsi pada saat paceklik.
Selain rendahnya teknologi penangkapan yang dimiliki oleh nelayan pada umumnya, hal lain yang dihadapi nelayan adalah tidak semua nelayan memiliki alat tangkap.
Kemampuan untuk meningkatkan peralatan itu sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi seseorang nelayan. Sesuai dengan kondisi ekonominya, peralatan yang mampu dibeli adalah peralatan yang sederhana, atau bahkan mungkin tidak mampu membeli peralatan tangkap sama sekali sehingga menempatkan kedudukannya tetap sebagai buruh nelayan. Oleh karena itu, untuk mengembangkan variasi alat tangkap yang dimiliki bukan hal yang mudah dilakukan. Akibatnya, kemampuan untuk melakukan atau meningkatkan hasil tangkapan menjadi sangat terbatas. Kondisi ini mengakibatkan nelayan mengalami kesulitan untuk dapat melepaskan diri dari kemiskinan karena kemiskinan yang dialami oleh para nelayan tersebut telah menjadi semacam “lingkaran setan”.
Produksi hasil laut yang diperoleh nelayan hanya akan memiliki nilai lebih apabila tidak hanya digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, masalah pemasaran merupakan aspek pentin dalam kehidupan nelayan. Permasalahannya adalah akses terhadap pasar sering tidak dimiliki oleh para nelayan, terutama yang tinggal di pulau-pulau kecil. Sementara itu, kondisi ikan yang mudah busuk, merupakan masalah besar yang dihadapi para nelayan.
2.7 Adaptasi Ekonomi Masyarakat Nelayan
Adaptasi merupakan tingkah laku penyesuai (behavioral adaptation) yang menunjuk pada tindakan (Bernet,1978). Dalam hal ini, adaptasi dikatakan sebagai tingkah laku strategi dalam upaya memaksimalkan kesempatan hidup. Oleh karena itu, pada suatu suatu kelompok, adaptasi dapat memberi kesempatan untuk bertahan hidup. Akan tetapi, bagi kelompok yang lain kemungkinan akan dapat menghancurkannya. Adaptasi terhadap lingkungan tersebut merupakan tingkah laku yang diulang-ulnag, hal ini akan menimbulkan terjadinya dua kemungkinan. Pertama, adalah tingkah laku meniru (coping) yang berhasil sebagaimana yang diarapkan. Kedua, adalah mereka tidak melakukan peniruan karena terjadi dianggap tidak sesuai dengan harapan. Keberhasilan dalam tingkah laku meniru ini menimbulkan terjadinya penyesuaian individu terhadap lingkungannya (adaptation) atau terjadi penyesuaian dengan keadaan lingkungan pada diri indinvidu (Bell, 1980).
Pada masyarakat nelayan, pola adaptasinya menyesuaiakan dengan ekosistem lingkungan fisik laut dan lingkungan sosial disekitarnya. Bagi masyarakat yang bekerja di tengah-tengah lautan, lingkungan fisik laut sangatlah mengandung banyak bahaya. Dalam banyak hal bekerja di lingkungan laut sarat dengan risiko. Karena pekerjaan nelayan dalah memburu ikan, hasilnya tidak dapat ditentukan kepastiannya, semuanya hampir serba spekulatif. Masalah risiko dan ketidakpastian (risk and uncertanty) terjadi karena laut adalah wilayah yang dianggap bebas untuk dieksploitasi (open-access) (acheson,1981). Wilayah yang pemanfaatannya tidak terbatas akan cenderung menimbulkan terjadinya eksploitasi berlebih. Individu yang memiliki akses terbaik dengan modal dan teknologi, cenderung memperoleh manfaat terbanyak dari tempat itu. Menghadapi kondisi seperti ini, masyarakat nelayan cenderung mengembangkan pola-pola adaptasi yang berbeda dan seringkali tidak dipahami oleh masyarakat di luar komunitasnya untuk menghadapi akibat banyaknya risiko dan kehidupan yang serba tidak menentu. Dalam banyak hal masyarakat nelayan mempunyai komunitas tersendiri yang diakibatkan oleh pola-pola sosialnya yang “terasing” dengan pola-pola sosial masyarakat daratan.
2.8 Usaha Peningkatan Ekonomi Dalam Rumah Tangga Keluarga
Perkonomian dalam keluarga dikatan meningkat apabila terjadi perubahan secara kontinue dalam jangka panjang terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan selalu dikaitkan dengan pendapatan atau harta kekayaan yang dimilikinya tinggi rendahnya pendapatan membawa dampak pada kondisi ekonomi dalam keluarga.
Secara umum ada hubungan antara tingkat konsumsi dengan penerimaan (pendapatan). Peningkatan pendapatan, akan membuat jumlah pemenuhan kebutuhan menaik, sebaliknya penurunan pendapatan akan mengurangi jumlah kebutuhan yang ingin diperoleh. Apabila penurunan pendapatan tersebut terjadi terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang maka akan membawa akibat kemiskinan bagi masyarakat atau rumah tangga keluarga. Namun bila penurunan pendapatan dapat segera diatasi dengan baik, kondisi ekonomi akan dapat membaik pula.
Untuk mengatasi masalah ekonomi tentunya tidak semudah seperti yang dipikirkn melainkan harus dilakukan dengan usaha dan kerja keras. Untuk itu diperlukan sikap dan pandangan serta tindakan nyata oleh setiap individu dalam rumah tangga keluarga. Namun yang dimaksud dengan tindakan yang mengarah pada perubahan dan perbaikan kondisi ekonomi, adalah dengan mendirikan usaha dan mau mengembangkan usaha yang telah dibangun itu. Akan tetapi semua masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat tidak akan bisa diatasi begitu saja tanpa ada campur tangan pemerintah dalam memberikan bantuan berupa modal dan sebaginya.
Secara singkat usaha yang harus dilakukan dalam meningkatkan ekonomi dalam keluarga yaitu :
1. Mengubah paradigma berpikir
Yaitu mencoba melaukan hal-hal yang baru dengan menciptakan suasana hidup yang baru, misalnya berwirausaha. Wirasusaha merupakan bentuk usaha yang menjanjikan kesuksesan bagi orang yang mau melakukan dan terus mengembangkannya
2. Mengubah gaya hidup
Yaitu kebiasaan berhura-hura, mengkonsumsi tanpa memperhatikan kondisi ekonomi, membelanjakan uang pada barang-barang yang tidak berguna seperti minuman keras, judi dan sebagainya. Hal demikianlah yang harus ditinggalkan agar kondisi ekonomi akan membaik
3. Meningkatkan pendapatan
Sudah barang tentu bagi setiap orang yang ingin mengubah atau meningkatkan pendapatan. Karena pendapatan merupakan tolak ukur yang digunakan untuk melihat besarnya perubahan atau engetahui siklus ekonomi dalam setiap masyarakat.
2.9 Upaya Peningkatan Ekonomi Dilakukan Melalui Pemanfaat Sumberdaya Dalam Pembangunan Masyarakat


2.9.1 Menuju Peningkatan Taraf-Hidup
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah proses perubahan menuju pada suatu kondisi yang lebih baik. Kondisi kehidupan yang lebih baik tersebut secara lebih konkret sering disebut juga dengan peningkatan taraf hidup masyarakat atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, peningkatan tafa hidup dapat pula dianggap sebagai tujuan yang hendak dicapai melalui proses pembangunan masyarakat. Oleh karena peningkatan taraf hidup dianggap sebagai tujuan maka sebetulnya juga dapat diposisikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan proses pembangunan masyarakat tersebut.
Walaupun demikian, penjabaran dari peningkatan taraf hidup baik sebagai tujuan maupun sebagai ukuran keberhasilan akan menjadi cukup bervariasi tergantung perspektif yang mendasari proses dan kebijakan pembangunan. Sebagai suatu misal, kebijakan pembangunan yang berorientasi perspektif pertumbuhan yang berupa income perkapita dan GNP. Walaupun indikator ini dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara nasional, tetapi tidak dapat digunakan untuk menteksi seberapa jauh peningkatan pendapatan secara nasional tersebut telah menyentuh berbagai lapisan masyarakat yang ada.
Oleh sebab itulah kemudian dikenal pula perspektif pertumbuhan dan pemerataan yang cenderung melihat keberhasilan pembangunan bukan semata-mata dari peningkatan income perkapita dan GNP, melainkan juga melihat aspek distribusi pendapatannya. Keberhasilan pembangunan juga ditentukan dari bagaimana manfaat yang ditimbulkan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Walaupun pertumbuhan ekonomi sudah meningkat secara signifikan, tetapi pembangunan belum dikatakan berhasil apabila kue pertumbuhan tersbut tidak dapat terdistribusikan secara merata kepada berbagai lapisan masyarakat. Apabila kenaikan GNP tidak disertai dengan pemerataan, pertumbuhan ekonomi justru akan menghasilkan kesenjangan yang semakin tajam dalam masyarakat.
Disamping itu muncul pula anggapan, bahwa sebagai upaya peningkatan taraf hidup, proses pembangunan hendaknya memberi perhatian yang lebih besar kepada lapisan masyarakat yang berada pada taraf hidup paling rendah. Lapisan masyarakat yang demikian biasa disebut dengan lapisan masyarakat miskin. Oleh sebab itu, kemudian dikenal konsep garis kemiskinan sebagai batas untuk mengklasifikasikan kelompok miskin tersebut. Ukuran yang dianggap tepat untuk menentukan garis batas tersebut adalah dari sudut pendapatan khususnya pendapatan setiap rumah tangga (house hold income). Dalam hal ini digunakan sebagai garis batas adalah standard pendapatan minimal yang dapat digunakan utnuk memenuhi kebutuhan makanan, pakaian dan perumahan (Hardiman,982:33). Pembangunan cenderung dinyatakan cukup membawa hasil apabila mampu untuk mengurangi proporsi jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tersebut.
Didasarkan pada kebutuhan kalori dari setiap individu, Sajogyo (dalam Kasryno,1984:363) membuat klasifikasi di pedesaan dalam tiga golongan. Golongan pertama, rumah tangga dikatakan sangat miskin apabila rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan setara dengan nilai beras berkisar antara 20 sampai 27 kg beras perbulan, dan dilakukan tidak miskin apabila rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan setara dengan nilai beras lebih dari 27 kg per bulan.
Dalam rangka penerapan konsep pembangunan masyarakat lebih dituntut adanya keseimbagan yang proporsional antara aspek ekonomi dan nonekonomi serta antara aspek yang bersifat kuntitatif dan kualitatif tersebut. Hal ini disebabkan karena konsep pembangunan masyarakat sering dinyatakan sebagai pendekatan pembangunan yang lebih memerhatikan aspek manusia dan aspek masyarakatnya. Lebih dari itu, beberapa aspek yang secara bersama-sama perlu diperhatikan untuk memahami peningkatan taraf hidup dan peningkatan kesejahteraan ini juga dapat dijelaskan dengan adanya anggapan yang menyatakan bahwa, tingkat kesejahteraan dan taraf hidup akan sangat ditemtukan oleh seberapa jauh kebutuhan-kebutuhan telah dapat dipenuhi. Padahal kebutuhan manusia meliputi banyak segi. Abraham Maslow misalnya, membedakan kebutuhan manusia menjadi lima yaitu : (1) kebutuhan fisik (2) kebutuhan rasa aman (3) kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi (4) kebutuhan untuk penghargaan (5) kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan bertumbuh. (Sumarnonugroho,1984:6). Dengan demikian, dapat pula dipahami suatu rumusan yang menyatakan bahwa kesejahteraan adalah suatu kondisi terpunuhinya kebutuhan-kebutuhan tidak saja fisik tetapi juga kebutuhan mental dan sosial (Suparlan,1983:58)
2.9.2 Sumber daya alam (Natural Resources)
Salah satu sumber daya pembangunan yang cukup penting yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah sumber daya alam. Sejarah perkembangan manusia sejak masa kehidupan nomaden sampai jaman industrialisasi menunjukkan, bahwa salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutahannya adalah dengan memanfaatkan alam. Perbedaannya, dalam masa kehidupan nomaden manusia memanfaatkan alam secara langsung artinya meenuhi kebutuhan dengan jalan mengambil apa saja yang disediakan alam, sedangkan dalam jaman indrustrialisasi manusia memanfaatkan alam dengan dibantu oleh penguasaan teknologi. Pada kenyataannya dalam setiap masyarakat selalu tersedia sumber-sumber alam ini. Walaupun demikian, memang dijumpai adanya variasi, dalam pengertian ada lingkungan masyarakat dengan sumber alam melimpah, tetapi ada yang memiliki sumber alam terbatas.
Sudah barang tentu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan masyarakat ini adalah sumber alam dalam penegrtian yang luas, baik berupa makhluk hidup (tumbuh-tumbuhan,hewan) maupun bukan makhluk hidup (barang tambang,bahan mineral dan lain sebagainya). Sumber-sumber alam tersebut dapat diperoleh di sekitar kehidupan manusia baik di udara, dipermukaan bumi, maupun di dalam bumi atau didalam air. Sehubungan dengan hal tersebut, khususnya untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sumber alam juga tersedia bukan saja pada wilayah teritorialnya melainkan pada wilayah landas kontinen dan wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE). Landas kontinen Indonesia adalah dasar laut dan tanah di bawahnya, diluar perairan wilayah Republik Indonesia sampai kedalama 200 meter atau lebih, dimana masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam. Sedangkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia, yang meliputi dasar laut, tanah dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pagkal laut wilayah Indonesia (Pandoyo,1986:25). Dikedua wilayah tersebut dapat dilakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan nonhayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya dan kegiatan-kegiatan lain seperti pembangkitan tenaga dari air, arus dan angin. Untuk memberikan gambaran potensi sumber daya alam diperairan Indonesia, dapat dilihat dari perairan Indonesia yang luasnyan 3,1 juta km2, yang jika dihitung bersama wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 km2, maka jumlahnya menjadi 5,8 km2 (Wahyono dkk,2001:xi). Di wilayah seluas itu terdapat berbagai kekayaan sumber daya laut mulai dari ikan, kerang-kerangan,udang,kepiting dan berbagai sumber daya laut lain.
Walaupun demikian, dalam pemanfaatannya perlu diingat bahwa tidak semua sumber daya alam tersebut dapat diperbaharui. Dengan demikian, dikenal juga klasifikasi menjadi sumber alam yang tidak bisa diperbaharui (renewable resources) dan sumber alam yang tidak bisa diperbarui (nonrenewable resources). Mengingat adanya jenis sumber alam yang tidak bisa diperbarui ini, bahkan sumber alam yang tergolong dapat diperbarui pun membutuhkan proses dan waktu untuk memperbarui, maka kemudian banyak dihimbau adanya pengendalian dalam rangka pemanfaatan sumber alam. Unsur pengendalian ini dianggap perlu oleh karena dalam iklim pembangunan seringkali dijumpai motivasi yang cukup kuat untuk mendayagunakan sumber alam ini, sebagai sarana untuk mewujudkan taraf hidup yang lebih baik dengan penguasaan teknologi yang semakin canggih. Kondisi semacam ini kemudian sering melupakan dampaknya terhadap lingkungan termasuk terhadap kelestarian sumber daya alam itu sendiri. Hal itu dapat digambarkan dari suatu kenyataan, bahwa dewasa ini perkembangan dunia ditandai oleh berbagai gejala yang sepintas lalu seakan-seakan muncul sendiri-sendiri secara terpisah dan tidak ada sangkut pautnya satu dengan yang lain. Walaupun demikian, jika diselidiki secara mendalam semua gejala tersebut bersifat kait-mengkait dan bersumber pada satu rangkaian masalah pokok yaitu : dinamika kependudukan, pengembangan sumber daya alam dan energi, pertumbuhan ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan, riset dan teknologi serta benturannya terhadap tata lingkungan (Meadow,1980)
2.9.3 Sumber daya Manusia (Human Resources)
Sumer daya manusia merupakan salah satu potensi pembangunan yang berasal dari unsur manusia dengan segala aktivitasnya. Dalam tujuan yang lebih bersifat ekonomis, sumber daya manusia dimaksudkan sebagai semua kegiatan manusia yang produktif dan semua potensinya untuk memberikan sumbangannya yang produktif kepada masyarakat (Soeroto,1983:4)
Arti penting sumber daya manusia dalam pembangunan masyarakat dapat dilihat dari relevansinya dengan salah satu prinsip dasar pembangunan masyarakat itu sendiri. Dalam pendekatan pembangunan masyarakat, proses perubahan yang terjadi sejauh mungkin bersandar pada kemampuan, prakarsa dan partisipasi masyarakat termasuk unsur manusia yang ada didalamnya. Potensi sumber daya manusia tidak semata-mata terletak pada kemungkinan sebagai potensi yang dapat digerakkan dalam proses pembangunan, melainkan terutama pada kedudukannya sebagai pelaku pembangunan itu sendiri.
Mengingat kedudukannya tersebut maka dalam proses pembangunan masyarakat sumber daya manusia hendaknya tidak saja diperlakukan berdasarkan tinjauan ekonomis, tetapi juga dengan tinjauan sosial budaya. Dari sudut ekonomi, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor barang dan modal. Oleh karenanya, melupakan peranan sumber daya manusia sebagai penggerak pertumbuhan GNP sama saja dengan meremehkan salah satu bentuk investasi yang besar sumbangannya pada pengembangunan nasional (tjiptoherijanto,1989:3). Dari sudut sosial budaya sumber daya manusia merupakan pelaku pembangunan dalam kapasitasnya sebagai individu dan anggota masyarakat yang meliputi : kapasitas untuk berproduksi, pemerataan, pemberian kekuatan dan wewenang, kelangsungan untuk berkembang dan kesadaran akan interpendensi (Effendi dalam Fisipil UGM,1990:343).
Aspek kualitas menjadi sangat pentin sebagai salah satu faktor yang menentukan nilai sumber daya manusia. Pada umumnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikannya baik melalui pendidikan formal, nonformal maupun informal. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mengakibatkan pengetahuannya menjadi meningkat, wawasannya lebih luas, kemampuan antisipasi masalah lebih tinggi. Dari berbagai kemampuan tersebut akan mengakibatkan pula pada semakin tingginya produktivitas. Hanya saja tingkat pendidikan sebagai salah satu faktor yang dianggap menentukan kualitas sumber daya manusia sering bersifat ambivalensi. Secara umum, yang banyak dianut saat ini adalah konsep pendidikan seumur hidup atau life education. Hal ini juga berarti lebih menegaskan pengakuan manusia sebagai makhluk yang mempunyai kapasitas untuk mandiri termasuk adalah pendidikan dapat berlangsung kapan saja dan di mana saja, artinya dalam usia berapa saja dan tidak harus melalui pendidikan formal. Oleh sebab itu, kemudian dikenal adanya jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Walaupun demikian dalam rangka menentukan kapasitasnya sumber daya manusia, orang lebih banyak melihat dari segi pendidikan formalnya. Seringkali seseorang yang kapasitas riilnya sebetulnya lebih tinggi, tidak mendapat pengakuan hanya karena diperoleh melalui jalur nonformal dan informal.
Disamping faktor pendidikan, kualitas sumber daya manusia juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan kesehatan serta nilai gizinya. Bahkan tidak jarang faktor-faktor tersebut saling bertali temali membentuk lingkaran yang tak berujung pangkal. Berdasarkan asumsi bahwa tingkat produktivitas juga mencerminkan tingkat pendapatan maka akan terdapat pengaruh dari produktivitas yang rendah ini terhadap kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan primer seperti makan, pakaian, perumahan dan kesehatan secra memadai. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan pokok ini, berarti pula rendahnya tingkat gizi serta kesehatan, sehingga akan rendah pula produktivitas kerja. Dari kenyataan tersebut dapat pula dikatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan sumber daya manusia (Tjiptoherijanto,1989:21)




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan kerangka karangan pemikiran yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka yang menjadi lokasi penelitian adalah di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango yang sebagai objek penelitian adalah masyarakat nelayan dengan alasan penulis adalah penduduk asli di Desa Tihu tersebut.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan kedalam jenis penelitian statistik deskriptif yaitu statistik yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskripsikan, menjabarkan atau menguraikan data, menggambarkan. Statistik deskriptif dan menganalisis data. Menata, menyajikan, dan menganalisis data dapat dilakukan misalnya dengan menentukan nilai rata-rata hitung atau persen / proposisi. Cara lain untuk menggambarkan data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi dan diagram atau grafik (Sugiyono,2006)
3.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango”, maka penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen atau variabel bebas adalah ubahan yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel dependen adalah ubahan yang terikat yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya pengaruh variabel independen (Usman Husain,1995:9). Jadi variabel independen atau variabel (x) adalah “ Pendapatan Nelayan” sedangankan variabel dependen atau variabel (y) adalah “Peningkatan Ekonomi Masyarakat”.
3.4 Operasional Penelitian (Indikator)
Untuk mengetahui data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu perlu untuk menentukan indikator-indikator variabel yang bersangkutan sekaligus menentukan isntrumen atau pengukuran variabel yang meliputi : pendapatan nelayan dan peningkatan ekonomi masyarakat
a. Indikator variabel x (Pendapatan Nelayan)
1. Sumber pendapatn nelayan
a. Dari penangkapan ikan
b. Dari usaha sampingan nelayan
c. Peran istri dalam keluarga
d. Peran anak dalam keluarga
2. Metode penangkapan ikan
a. Menjaring
b. Longline
c. Meraket
d. Pakai layang-layang ikan

3. Sarana dan prasarana penangkapan ikan
a. Armada/perahu
b. Mesin
c. Layar
d. Stero voem/gabus
4. Sektor pemasaran
a. Bandar ikan
b. Pasar
c. Tempat pelelangan ikan (TPI)
d. Perusahaan
b. Indikator variabel Y (Peningkatan Ekonomi Masyarakat)
1. Sumber peningkatan ekonomi dalam rumah tangga nelayan
a. Dari pendapatan nelayan
b. Peran istri dalam rumah tangga
c. Peran anak dalam rumah tangga
d. Dari harta kekayaan pribadi
2. Systim penanganan hasil pendapatan
a. Untuk modal usaha
b. Ditabung (saving)
c. Investasi
d. Pemenuhan kebutuhan dalam keluarga
3. Siklus kebutuhan dalam keluarga
a. Terpenuhi dengan baik
b. Meningkat
c. Stabil
d. Menurun
4. Peran individu dalam keluarga untuk peningkatan ekonomi
a. Peran aktif suami
b. Peran aktif istri
c. Peran aktif anak
d. Istri dan anak tidak pernah berperan aktif sama sekali
Dalam melakukan test dari masing-masing variabel akan diukur dengan menggunakan skala likert (Usman Husaini,1995:69). Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap sesuatu objek. Kuesioner disusun dengan menyiapkan 4 (empat) pilihan yakni : selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Setiap pilihan akan diberikan bobot nilai yang berbeda yaitu :
• Selalu : 4
• Sering : 3
• Kadang-kadang : 2
• Tidak pernah : 1
3.5 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sudjana (1984:15) menulis bahwa : populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif atau kualitatif padakarakteristik mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang responden.
2.Sampel
Menurut Suharsini Arikunto (1983:94) bahwa sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel sensus (total) yaitu menggunakan seluruh anggota populasinya yaitu 32 orang responden
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendukung penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Observasi adalah untuk memperoleh gambaran menyeluruh yang jelas tentang keadaan dilapangan
2. Quesioner / Angket adalah instrumen pengumpulan data yang dibagikan kepada responden atau menggunakan angket dalam bentuk skala likert
3. Wawancara adalah tanya jawab secara langsung dengan responden
3.6 Analisis Data
Untuk mendapatkan data yang baik dalam arti mendekati kenyataan (objektif sudah tentu diperlukan suatu instrumen atau alat pengumpul data yang baik dan yang lebih penting lagi adanya alat ukur yang valid dan andal, maka instrumen tersebut sebelum digunakan harus di uji validitas dan keandalannya sehingga apabila digunakan akan menghasilkan dan objektif.
3. 7.1 Uji Analisis Data
Tujuan uji analisis data adalah untuk mengetahui apakah data yang ada mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi dengan bentuk lonceng (bell shaped) atau tidak. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal, yang terlihat dari sebaran data yang bergerombol disekitar garis uji dan tidak ada data yang terletak jauh dari sebaran data (Santoso, 2004).
Dalam pengujian norrmalitas data digunakan rumus Chi-Kuadrat.

k ( OI – Ei )
α 2 = ∑ _________

I - k E
Dimana :
Oi : Frekuensi pengamatan
Ei : Frekuensi teoritik
Kriteria pengujian :
Terima hipotesis berdistribusi normal. Jika α2 ≤ α 2 ( 1 - 0 )
( k -4 ). Taraf nyata α = 0,01 dan α = 0,05
3.7.2 Pengujian Hipotesis
3.7.2.1 Pengujian Regresi Linier Sederhana
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur hubungan fungsional antara variabel-variabel dalam penelitian.Analisis ini akan membedakan dua jenis variabel,yaitu variabel bebeas atau variabel pengaruh (independent variable) dan variabel terikat atau variabel terpengaruh (dependent variabel).Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung serta memprediks nilai variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas
a. Mencari Persamaan Regresi
Ŷ = a + bX
Dimana :
Ŷ = baca Y topi
A = konstanta
B = koefisien regresi

Untuk menghitung harga a dan b digunakan rumus sebagai berikut:
( ∑ Ỵ ) ( ∑ Χ2 ) – ( ∑ Χ ) ( ∑ ΧỴ )
a=——————————————
n ∑ Χ2 – ( ∑ Χ )2
b= n ∑ Χ Ỵ - ( ∑ Χ ) (∑ Ỵ )
n ∑ Χ2 – ( ∑ Χ )2
dimana:
∑ Χ = jumlah nilai variabel Χ
∑ Ỵ = jumlah nilai variabel Ỵ
∑ Χ2 = jumlah kuadrat nilai variabel Χ
∑ Ỵ2 = jumlah kuadrat nilai variabel Ỵ
∑ Χ Ỵ = jumlah perkalian antara nilai Χ dan nilai Ỵ
b. Uji Keberartian dan Kelinieran Koefisien Regresi:
a) Uji Linieritas ;
Ѕ2 TC F= ——— S2 E Dimana: S2 TC =varians tuna cocok, yang diperoleh dari :
JK ( TC ) ———— k – 2
S2 E = varians kekeliruan,yang diperoleh dari :
JK ( E )
————
n - k
Kriteria Pengujian ;
Terimah hipotesis persamaan regresi linier, jika F ≤ F ( 1 – α ) ( k – 2, n – k )
Dengan taraf nyata α = 0,05.
a) Uji Keberartian :
S2 reg
F= ———
S2 res
Dimana :
S2 reg = varians regresi,yang di peroleh dari :
JK ( b / a )
S2 res = varians sisa,yang diperoleh dari :
JK ( res )
———
n – 2
Kriteria Pengujian :
Terimah hipotesis persamaan regresi linier signifikan,jika F ≤ F (1 – α ) ( 1.n - 2 )
Pada taraf nyata α =0,01 atau α = 0,05.
3.7.2.2 Pengujian Korelasi Linier Sederhana
a. Pengujian Korelasi
Menurut Arikunto ( 2001 ; 219 ) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang di ukur . Menurut Sugiyono ( 1999 ;109 ) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data ( mengukur ) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut daapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Uji Validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing – masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing – masing variabel.Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui beberapa kekuatan atau derajat hubungan antara variabel – variabel yang diteliti. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan terutama untuk dapat kuantitatif dinamakan koefisien korelasi ( r ).sedang koefisien penentu derajat hubungan antara variaabel dinamakan koefisien determininasi ( r2 ).rumus umum yang digunakan untuk pengujian ini adalah :
n ∑ ΧỴ - ( ∑ Χ ) ( ∑ Ỵ )
r= ——————————————————
{ n ∑ Χ2 – ( ∑ Χ )2 } { n ∑ Ỵ2 – ( ∑ Ỵ )2 }
Dimana :
r : koefisien korelasi
n : jumlah sampel
∑ Χ : jumlah nilai Χ
∑ Ỵ : jumlah nilai Ỵ
∑ Χ2 : jumlah kuadrat nilai Χ
∑ Ỵ2 : jumlah kuadrat nilai Ỵ
∑ Χ Ỵ : jumlah produk antara nilai Χ dan Ỵ
b. Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Koefesien korelasi adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel. Hasil pengujian koefesien korelasi dan koefesien determinasi,selanjutnya dapat diuji tingkat signifikansi atau keberartiannya. Hal ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut
r n – 2 t=——— 1 – r2
Dimana :
t : distribusi t
r : koefesien korelasi
r2 : koefesien determinasi
n : jumlah sampel
Menurut Masrun ( sugiyono 1999 ; 106 ) menyatakan item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium ( skor total ) dan korelasinya tinggi,menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Sedangkan untuk mengetahui tigkat validitas sebesarnya pengaruh masing – masing variabel atau besarnya koefesien korelasinya dapat diketahui dengan menggunakan Koefiesien Guilford ( 1956 ; 145 ), seperti pada tabel berikut
Tabel. 2. Koefesien Guilford
r
( Koefesien Korelasi ) Keterangan

0,0 < 0,2 Korelasi Sangat Rendah
0,2 < 0,4 Korelasi Rendah
0,4 < 0,6 Korelasi Sedang
0,6 < 0,8 Korelasi Tinggi
0,8 < 1 Korelasi sangat tinggi













BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Tihu
Desa Tihu merupakan hasil mekaran dari Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango. Desa Tihu telah diresmikan oleh Bupati Bone Bolango Bapak Ismet Mile, S.sos, MM. Pada tanggal 30 November 2004 sebagai desa persiapan. Desa Tihu memiliki batas wilayah sebagai berikut:
a. Bagian Timur berbatasan dengan Desa Tongo
b. Bagian Barat Berbatasan dengan desa Bilungala
c. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan suwawa
d. Bagian Selatan Berbatasan dengan laut Teluk Tomini.
Sebelum adanya pemekaran desa, desa Tihu masih merupakan salah satu dusun dari desa bilungala yang diberi nama Dusun Tihu. Jumlah penduduk desa Tihu kurang lebih 1116 Jiwa yang terdiri dari 283 KK. Desa tihu terbagi atas emapat dusun yaitu dusun Longgiito, Botumoito, wapalo, dan dusun mohuhulo. Sementara luas wilayah desa tihu kurang lebih 628 Ha.
Obyek penelitian skripsi di desa tihu adalah masyarakat pesisir pantai, terutama mata pencahariannya penangkap ikan (Nelayan). Pantai desa tihu memanjang dari arah timur kebarat dengan ukuran kurang lebih 1800 m atau 1,8 km persegi panjang.

Tabel 1 Luas Wilayah
No Nama
dusun Luas Perumahan pekarangan Ladang Hutan negara Alang-alang Danau rawa Tanah tandus Produktivitas tanah Pantai
1 Longgiito 188 Ha 5 Ha 30 Ha 63 Ha 10 Ha - 30 Ha 50 Ha -
2 Botumoito 201 Ha 25 Ha 55 Ha - 35 Ha - 51 Ha 35 Ha 1000 m
3 wapalo 166 Ha 9 Ha 30 Ha 75 Ha 8 Ha 2 Ha 17 Ha 25 Ha 500 m
4 Mohuhulo 73 Ha 7 Ha 29 Ha - 15 Ha 1 Ha 8 Ha 13 Ha 300 m
Jumlah 6288 Ha 46 Ha 139 Ha 138Ha 68 Ha 3 Ha 106 Ha 123Ha 1800m
Sumber: Kantor Desa Tihu Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango, 2010
4.1.1 Pendapatan nelayan di lihat dari pola kegiatan nelayan serta peran istri dan anak.
Di dunia penelayanan di kenal dengan empat musim yaitu musim barat (bulan September-Desember) di kenal sebagai musim paceklik, biasanya ombaknya terlalu besar sehingga nelayan tidak dapat melaut. Namun, di Desa Tihu tetap ada nelayan yang memaksa diri untuk melaut tanpa melihat resiko yang akan di hadapi, musim Utara (Bulan Desember-Maret), Musim timur (Bulan Maret-Juni), di musim ini kondisi alamnya sangat buruk, selain ombaknya yang besar angin juga bertiup kencang dari arah timur sehingga membuat arus laut tidak stabil dan posisi ikan tidak menetap, musim selatan (Juni – September).
Pendapatan yang di miliki oleh para nelayan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga keluarga, terutama kebutuhan pokok seperti makan/minum (Pangan), sandang, dan Papan.
Pendapatan yang di miliki tidak hanya di peroleh dari hasil penangkapan ikan, tetapi dapat diperoleh pula dari usaha sampingan lain. Terutama pada musim paceklik, karena di musim ini pendapatan nelayan rata-rata menurun sehingga mereka berusaha mencari pekerjaan lain di darat agar tetap memperoleh penghasilan.
Istri dan anak-anak para nelayan tidak banyak yang terlibat dalam kegiatan perikanan, kecuali anak laki-laki yang sudah cukup dewasa ikut dengan ayahnya untuk melaut. Namun sebagian besar istri para nelayan diam dirumah”Menganggur” dan hanya sebagian kecil para istri mereka yang terlibat pada kegiatan ekonomi.
4.2 Hasil penelitian dan pembahasan
4.2.1 Pengujian Normalitas data
4.2.1.1 Uji Normalitas data Variabel x (pendapatan nelayan).

Tabel. 3. Data hasil penelitian Variabel X dan Y
No X Y X2 Y2 XY
1 56 99 3136 9801 5544
2 82 58 6724 3364 4756
3 49 47 2401 2209 2303
4 44 35 1936 1225 1540
5 45 45 2025 2025 2025
6 58 83 3364 6889 4814
7 53 38 2809 1444 5776
8 56 41 3136 1681 2296
9 40 50 1600 2500 2000
10 36 32 1296 1024 1152
11 94 36 8836 1296 3384
12 38 76 1444 5776 2888
13 57 32 3249 1024 1824
14 46 32 2116 1024 1472
15 34 87 1156 7569 2958
16 32 51 1024 2601 1632
17 91 78 8281 6084 7098
18 53 90 2809 8100 4770
19 95 89 9025 7921 8455
20 36 92 1296 8464 3312
21 94 50 8836 2500 4700
22 65 98 4225 9604 6370
23 60 70 3600 4900 4200
24 87 85 7569 7225 7395
25 99 100 9801 10000 9900
26 50 68 2500 4924 3400
27 35 37 1225 1369 1295
28 32 88 1024 7744 2816
29 42 42 1764 1764 1764
30 36 86 1296 7396 3096
31 32 67 1024 4489 2144
32 32 92 1024 8464 2944
JLH
1759 2074 111551 152400 120023

2 komentar:

  1. Buat ka Bastian.. Tulisan yg kk bagikan ini memang penelitian p sendiri atau mengambil milik org lain..

    BalasHapus